Seperti biasa, pasukan penjaga yang ditugaskan Rasulullah SAW untuk berkeliling Madinah sedang berjaga-jaga. Hal ini untuk menghindari serangan suku-suku musyrik di luar madinah yang sewaktu-waktu hendak menyerang kota.
Dalam perjalanannya, mereka memergoki seorang musyrik yang
langsung ditangkap dan dibawa ke Madinah. Lelaki itu lantas diikat di salah
satu tiang masjid. Melihat tawanan yang diikat, Rasulullah SAW bertanya kepada
para sahabatnya, “Tahukah kalian siapa lelaki itu?” Mereka menjawab, “Kami
tahu.” Beliau bersabda, “Ia adalah Tsumamah bin Utsal pemimpin Yamamah.” Lantas
beliau bersabda, “Sediakan makanan dan susu, dan kirimkan kepada Tsumamah bin
Utsal.”
Mendengar nama itu, tentu mereka tidak asing lagi. Penguasa Yamamah
pengekspor gandum ke Makkah, yang beberapa waktu lalu membunuh beberapa sahabat
Rasulullah SAW.
Kemudian Rasulullah SAW menemui Tsumamah bin Utsal dan
menyapa, “Apa kabar hai Tsumamah?” Tsumamah menjawab, “Baik wahai Muhammad. Jika
engkau hendak membunuh maka engkau telah orang yang berhutang nyawa. Jika engkau
memaafkan maka engkau memaafkan orang yang tahu berterima kasih. Jika engkau
menghendaki harta, maka mintalah tentu engkau diberi sekehendakmu.”
Rasulullah SAW lalu meninggalkannya dan membiarkannya selama
dua hari. Ia tetap mendapatkan makanan dan minuman serta susu. Rasulullah SAW
kemudian mendatanginya lagi dan bersabda, “Bagaimana kabarmu, hai Tsumamah?” Ia
menjawab, “Kabarku sebagaimana yang sya ceritakan kemarin. Jika engkau
memaafkan maka engkau telah memaafkan orang yang tahu berterimakasih. Jika engkau
membunuh maka engkau telah membunuh orang yang memiliki hutang nyawa. Jika engkau
menginginkan tebusan uang maka mintalah seberapa yang engkau kehendaki.”
Rasulullah SAW lalu meninggalkannya.
Pada keesokan harinya Rasulullah kembali mendatanginya dan
bersabda, “Bagaimana kabarmu, hai Tsumamah?” Ia menjawab, “Kabarku sebagaimana
yang sya ceritakan kemarin. Jika engkau memaafkan maka engkau telah memaafkan
orang yang tahu berterimakasih. Jika engkau membunuh maka engkau telah membunuh
orang yang memiliki hutang nyawa. Jika engkau menginginkan tebusan uang maka
mintalah seberapa yang engkau kehendaki.” Rasulullah SAW lalu menoleh kepada
para sahabatnya seraya bersabda, “Bebaskan Tsumamah.” Para sahabat lalu
melepaskan ikatan padanya.
Tsumamah kemudian meninggalkan masjid menuju slah satu kebun
di Madinah yang terdapat mata airnya. Ia lalu mandi membersihkan diri. Selanjutnya
ia kembali ke masjid menemui kerumunan kaum muslimin dan menyerukan kalimat
syahadat.
Kemudian ia berkata kepada Rasulullah SAW, “Wahai Muhammad,
demi Allah, di atas muka bumi ini sebelumnya tidak ada wajah yang paling saya
benci selain wajahmu, dan sekarang wajahmu menjadi wajah yang paling saya
cintai dari selainnya. Demi Allah, sebelumnya tidak ada agama yang paling saya
benci melebihi agamamu, tetapi sekarang agamamu menjadi paling saya cintai dari
selainnya. Dan demi Allah sebelumnya, tidak ada negeri yang paling saya benci
melebihi negerimu dan sekarang negerimu menjadi yang paling saya cintai disbanding
negeri-negeri lainnya.”
Ya, Tsumamah RA telah melihat dengan mata kepala sendiri,
betapa orang yang selama ini sangat ia benci, ternyata memiliki akhlak yang
agung. Agama yang selama ini ia jauhi ternyata mengajarkan keluhuran budi,
demikian pula dengan negeri yang paling ia benci ternyata berisi orang-orang
pilihan. Maka rasa itu segera sirna dan berubah menjadi cinta.
Tetapi masih ada satu hal yang mengganjal hatinya. Ia berhutang
nyawa, karena dahulu telah membunuh beberapa orang Islam. Hal itupun
ditanyakannya kepada Rasulullah SAW. Beliau menjawab, “Tidak ada celaan bagimu
wahai Tsumamah, sesungguhnya Islam telah menghapus apa yang engkau lakukan
sebelum keislamanmu.”
Legalah hati Tsumamah, kemudian ia bertekad untuk menimpakan
kesengsaraan kepada para pengganggu Islam melebihi ketika ia dahulu menyakiti
orang Islam. Akhirnya Tsumamah RA meminta ijin kepada Nabi SAW untuk
melanjutkan perjalanan menuju Makkah. Karena sebelumnya memang kepergiannya
adalah untuk berhaji ke Makkah. Rasulullah SAW mengijinkannya setelah
sebelumnya mengajarkan tata cara haji menurut Islam.
Sesampai di Makkah, Tsumamah lantas melakukan ibadah haji.
Kumandang talbiyah beliau ucapkan
dengan suara lantang sehingga mengundang kemarahan orang-orang di sekitarnya. Para
jagoan Quraisy pun segera mengeruminya. Dan seorang pemuda dengan serta merta
telah bersiap melayangkan anak panahnya kepada Tsumamah. Namun keburu dicegah
para tokoh Quraisy. Mereka berkata, “Jangan, Tahukah kalian bahwa dia ternyata
adalah Tsumamah, raja Yamamah. Demi Allah, jika kalian timpakan keburukan
padanya, tentu kaumnya akan menahan gandumnya dari kita.”
Mereka lantas bertanya kepada Tsumamah, “Ada apa denganmu
wahai Tsumamah? Apakah engkau telah murtad dari agamamu?”
Tsumamah menjawab, “Saya tidak murtad, melainkan saya
mengikuti agama yang dibawa Muhammad.” Kemudian beliau berteriak lantang, “Saya
bersumpah dengan nama Rabb pemilik rumah ini. Sesungguhnya tidak akan sampai
kepada kalian gandum-gandum Yamamah sesampainya diriku nanti, sampai kalian
mengikuti Muhammad.”
Ternyata ancaman Tsumamah bukan gertak sambal. Sesampainya di
Yamamah beliau perintahkan kaumnya untuk tidak mengirim gandum-gandum tersebut
ke Makkah. Dan kaumnya pun patuh padanya.
Pembaoikotan gandum tersebut ternyata berakibat fatal bagi
bangsa Quraisy. Mereka mulai kekurangan bahan pangan dan terancam kelaparan. Kejadian
ini memaksa mereka meminta bantuan RAsulullah SAW agar TSumamah menghentikan blockade
ekonominya.
Mendapatkan surat keluhan dari bangsa Quraisy tentang
kelaparan yang menimpa mereka, membuat Rasulullah SAW tidak tega dengan semua
itu. Beluaipun mengirim utusan kepada Tsumamah agar blockade ekonomi
dihentikan. Tsumamah menaati perintah junjungannya sehingga kembali orang
Quraisy bias menikmati gandum Yamamah.
Tsumamah, sejarah telah tertoreh. Dan kami menjadi saksi, bahwa
setelah keislamanmu, semua potensimu engkau gunakan untuk memuliakan Islam dan
menghinakan musuh Islam. Allahu Akbar!
Ya Allah, lahirkanlah kembali Tsumamah-Tsumamah baru zaman ini.
No comments:
Post a Comment