Tuesday, September 6, 2011

Tsumamah bin Utsal RA PENGEMBARGO MUSUH ISLAM


Seperti biasa, pasukan penjaga yang ditugaskan Rasulullah SAW untuk berkeliling Madinah sedang berjaga-jaga. Hal ini untuk menghindari serangan suku-suku musyrik di luar madinah yang sewaktu-waktu hendak menyerang kota.


Dalam perjalanannya, mereka memergoki seorang musyrik yang langsung ditangkap dan dibawa ke Madinah. Lelaki itu lantas diikat di salah satu tiang masjid. Melihat tawanan yang diikat, Rasulullah SAW bertanya kepada para sahabatnya, “Tahukah kalian siapa lelaki itu?” Mereka menjawab, “Kami tahu.” Beliau bersabda, “Ia adalah Tsumamah bin Utsal pemimpin Yamamah.” Lantas beliau bersabda, “Sediakan makanan dan susu, dan kirimkan kepada Tsumamah bin Utsal.”

Mendengar nama itu, tentu mereka tidak asing lagi. Penguasa Yamamah pengekspor gandum ke Makkah, yang beberapa waktu lalu membunuh beberapa sahabat Rasulullah SAW.

Kemudian Rasulullah SAW menemui Tsumamah bin Utsal dan menyapa, “Apa kabar hai Tsumamah?” Tsumamah menjawab, “Baik wahai Muhammad. Jika engkau hendak membunuh maka engkau telah orang yang berhutang nyawa. Jika engkau memaafkan maka engkau memaafkan orang yang tahu berterima kasih. Jika engkau menghendaki harta, maka mintalah tentu engkau diberi sekehendakmu.”

Rasulullah SAW lalu meninggalkannya dan membiarkannya selama dua hari. Ia tetap mendapatkan makanan dan minuman serta susu. Rasulullah SAW kemudian mendatanginya lagi dan bersabda, “Bagaimana kabarmu, hai Tsumamah?” Ia menjawab, “Kabarku sebagaimana yang sya ceritakan kemarin. Jika engkau memaafkan maka engkau telah memaafkan orang yang tahu berterimakasih. Jika engkau membunuh maka engkau telah membunuh orang yang memiliki hutang nyawa. Jika engkau menginginkan tebusan uang maka mintalah seberapa yang engkau kehendaki.” Rasulullah SAW lalu meninggalkannya.

Pada keesokan harinya Rasulullah kembali mendatanginya dan bersabda, “Bagaimana kabarmu, hai Tsumamah?” Ia menjawab, “Kabarku sebagaimana yang sya ceritakan kemarin. Jika engkau memaafkan maka engkau telah memaafkan orang yang tahu berterimakasih. Jika engkau membunuh maka engkau telah membunuh orang yang memiliki hutang nyawa. Jika engkau menginginkan tebusan uang maka mintalah seberapa yang engkau kehendaki.” Rasulullah SAW lalu menoleh kepada para sahabatnya seraya bersabda, “Bebaskan Tsumamah.” Para sahabat lalu melepaskan ikatan padanya.

Tsumamah kemudian meninggalkan masjid menuju slah satu kebun di Madinah yang terdapat mata airnya. Ia lalu mandi membersihkan diri. Selanjutnya ia kembali ke masjid menemui kerumunan kaum muslimin dan menyerukan kalimat syahadat.

Kemudian ia berkata kepada Rasulullah SAW, “Wahai Muhammad, demi Allah, di atas muka bumi ini sebelumnya tidak ada wajah yang paling saya benci selain wajahmu, dan sekarang wajahmu menjadi wajah yang paling saya cintai dari selainnya. Demi Allah, sebelumnya tidak ada agama yang paling saya benci melebihi agamamu, tetapi sekarang agamamu menjadi paling saya cintai dari selainnya. Dan demi Allah sebelumnya, tidak ada negeri yang paling saya benci melebihi negerimu dan sekarang negerimu menjadi yang paling saya cintai disbanding negeri-negeri lainnya.”

Ya, Tsumamah RA telah melihat dengan mata kepala sendiri, betapa orang yang selama ini sangat ia benci, ternyata memiliki akhlak yang agung. Agama yang selama ini ia jauhi ternyata mengajarkan keluhuran budi, demikian pula dengan negeri yang paling ia benci ternyata berisi orang-orang pilihan. Maka rasa itu segera sirna dan berubah menjadi cinta.

Tetapi masih ada satu hal yang mengganjal hatinya. Ia berhutang nyawa, karena dahulu telah membunuh beberapa orang Islam. Hal itupun ditanyakannya kepada Rasulullah SAW. Beliau menjawab, “Tidak ada celaan bagimu wahai Tsumamah, sesungguhnya Islam telah menghapus apa yang engkau lakukan sebelum keislamanmu.”

Legalah hati Tsumamah, kemudian ia bertekad untuk menimpakan kesengsaraan kepada para pengganggu Islam melebihi ketika ia dahulu menyakiti orang Islam. Akhirnya Tsumamah RA meminta ijin kepada Nabi SAW untuk melanjutkan perjalanan menuju Makkah. Karena sebelumnya memang kepergiannya adalah untuk berhaji ke Makkah. Rasulullah SAW mengijinkannya setelah sebelumnya mengajarkan tata cara haji menurut Islam. 

Sesampai di Makkah, Tsumamah lantas melakukan ibadah haji. Kumandang talbiyah beliau ucapkan dengan suara lantang sehingga mengundang kemarahan orang-orang di sekitarnya. Para jagoan Quraisy pun segera mengeruminya. Dan seorang pemuda dengan serta merta telah bersiap melayangkan anak panahnya kepada Tsumamah. Namun keburu dicegah para tokoh Quraisy. Mereka berkata, “Jangan, Tahukah kalian bahwa dia ternyata adalah Tsumamah, raja Yamamah. Demi Allah, jika kalian timpakan keburukan padanya, tentu kaumnya akan menahan gandumnya dari kita.”

Mereka lantas bertanya kepada Tsumamah, “Ada apa denganmu wahai Tsumamah? Apakah engkau telah murtad dari agamamu?”

Tsumamah menjawab, “Saya tidak murtad, melainkan saya mengikuti agama yang dibawa Muhammad.” Kemudian beliau berteriak lantang, “Saya bersumpah dengan nama Rabb pemilik rumah ini. Sesungguhnya tidak akan sampai kepada kalian gandum-gandum Yamamah sesampainya diriku nanti, sampai kalian mengikuti Muhammad.”

Ternyata ancaman Tsumamah bukan gertak sambal. Sesampainya di Yamamah beliau perintahkan kaumnya untuk tidak mengirim gandum-gandum tersebut ke Makkah. Dan kaumnya pun patuh padanya.
Pembaoikotan gandum tersebut ternyata berakibat fatal bagi bangsa Quraisy. Mereka mulai kekurangan bahan pangan dan terancam kelaparan. Kejadian ini memaksa mereka meminta bantuan RAsulullah SAW agar TSumamah menghentikan blockade ekonominya.

Mendapatkan surat keluhan dari bangsa Quraisy tentang kelaparan yang menimpa mereka, membuat Rasulullah SAW tidak tega dengan semua itu. Beluaipun mengirim utusan kepada Tsumamah agar blockade ekonomi dihentikan. Tsumamah menaati perintah junjungannya sehingga kembali orang Quraisy bias menikmati gandum Yamamah.

Tsumamah, sejarah telah tertoreh. Dan kami menjadi saksi, bahwa setelah keislamanmu, semua potensimu engkau gunakan untuk memuliakan Islam dan menghinakan musuh Islam. Allahu Akbar! Ya Allah, lahirkanlah kembali Tsumamah-Tsumamah baru zaman ini.

No comments:

Post a Comment